KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
kami bisa menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah Tinjauan Seni
Pertunjukan untuk membuat makalah yang
berjudul “Mamanda” dengan lancar dan tepat waktu.
Terima
kasih kami ucapkan kepada Bapak Aman Waluyo,S.Sn. selaku dosen pengajar
mata kuliah Tinjauan Seni Pertunjukan Jurusan
Pendidikan Seni Tari yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman kami dan pihak-pihak lain yang turut serta membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca. Dan kami
mengharapkan kepada teman-teman untuk bersedia memberikan kritik dan sarannya
kepada kami menyangkut pembuatan makalah ini, sebagai bahan pertimbangan kami
untuk membuat makalah selanjutnya, karena makalah ini masih banyak
kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaan.
Banjarmasin,
19 Mei 2012
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
RUMUSAN MASALAH……………………………………………………
PEDAHULUAN…………………………………………………………….
ISI……………………………………………………………………………
PENUTUP………………………………………………................................
Rumusan Masalah
Apa pengertian Mmamanda…?
Dari mana asal mula kesenian mamanda….?
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa
rombongan Abdoel Moeloek dari
Malaka tahun 1987. Dulunya di Kalimantan Selatan bernanama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan
kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan
Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897
M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di
Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat
Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama
"Mamanda".
Aliran
Dan Nilai Budaya
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama adalah Aliran Batang
Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah
hulu sungai yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah Aliran Tubau
yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau,Rantau . Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini
disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu
pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi
sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik
tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau
sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat
Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes
melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan
iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja,
Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu
Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasi.
BAB 2
ISI
B.
Pengertian Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang
berasal dari
Kalimantan selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi
hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat
penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir
dapat membuat suasana jadi lebih hidup.Bedanya, Kesenian lenong kini lebih
mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan.
Salah satu teater tradisional Kalsel yang masih bisa
bertahan hidupnya adalah “ Mamanda “. Mengapa demikian ? Sebab cerita dari
Mamanda memang mengasyikkan tak kalah dengan cerita sinetron atau film. Walau
pun tokoh-tokoh dalam Mamanda “ baku “ namun dapat ditambah tokoh-tokoh lain
dengan cerita yang lain, artinya cerita mamanda dapat diciptakan sesuai dengan
perkembangan jaman. Apa lagi durasi pertunjukkan mamanda jang semula semalam
suntuk sekarang disesuaikan dengan permintaan, maksudnya bisa durasinya 3 jam
atau 5 jam. Istemewanyanya Mamanda, bisa dimainkan dengan sebuah naskah yang
utuh seperti terater modern atau hanya dengan mengatur cerita seperti garis
besar cerita, babakan dan plot, sedangkan dialog dikenal dengan istilah
impropisasi. Pemain – pemain Mamanda memang dikenal keahliannya berimpropisasi.
Tokoh-tokoh mamanda yang baku itu adalah Raja, Mangkubumi, Wazir, Perdana
Menteri,Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam, Permaisuri,
Anak Raja ( bisa putri atau Pangeran ). Tokoh-tokoh lain sesuai cerita misalnya
Raja dari Negeri lain, Anak Muda, Perampok,Jin, Belanda, atau nama dari daerah
lain ( Jawa, Cina, Batak, Madura atau lainnya ). Seperti juga di teater modern,
sebelum pertunjukkan dimulai akan dibacakan sinopsisnya, di mamanda dipaparkan
lewat “ Baladon “. Baladon adalah tutur cerita dengan dibawakan berlagu dan
gerak tari. Cerita mamanda bisa berkolaburasi dengan seni tari atau musik.
Yakni setelah kerajaan selesai bersidang maka akan ditampilkan pertunjukkan
tari dengan maksud menghibur raja dengan segenap aparat kerajaan atau ketika
kerajaan menang perang diadakan pertunjukkan hiburan tari atau musik panting.
Asal mula Mamanda adalah Badamuluk ketika rombongan bangsawan Malaka ( Abdoel Moeloek atau Indra Bangsawan, 1897 M ) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa, menetap di Tanah Banjar beberapa bulan mengadakan pertunjukkan. Teater ini begitu cepat populer di tengah masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “ Mamanda “. Mamanda mempunyai
Asal mula Mamanda adalah Badamuluk ketika rombongan bangsawan Malaka ( Abdoel Moeloek atau Indra Bangsawan, 1897 M ) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa, menetap di Tanah Banjar beberapa bulan mengadakan pertunjukkan. Teater ini begitu cepat populer di tengah masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “ Mamanda “. Mamanda mempunyai
pengertian “sapaan” kepada orang yang dihormati dalam
sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama : Aliran
Batang Banyu. Yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di
Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua : Aliran Tubau bermula
tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau Rantau. Sering dipentaskan di
daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang
berkembang di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Perkembangan Mamanda saat ini
Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian
modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu kesenian ini.
Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat perhatian generasi
muda, jangan heran nantinya benar-benar punah.Keberadaan kesenian bertutur
seperti Mamanda Kecamatan Paringin
Selatan dan Wayang Gong
di Kecamatan
Juai, Kasbupaten
Balangan sudah sekarat.
Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi,
nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.Pemerintah sebenarnya
sudah berupaya melestarikan dengan menghadirkan di sejumlah even resmi seperti
hari jadi kabupaten beberapa waktu lalu, tapi memang terbatas. Kendala lainnya
banyak masyarakat kita kurang tertarik lagi.
Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin,
mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih
terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah,
terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak
masyarakat jadi kurang mengenal.Kendati begitu, kata dia, perlu adanya
modifikasi agar kesenian tersebut dapat diterima semua kalangan lagi. Misalnya
bahasa yang digunakan tidak melulu bahasa daerah setempat tapi dengan bahasa
Indonesia
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Mamanda adalah seni teater atau pementasan
tradisional yang berasal dari Kalimantan selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang
lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara
pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi
lebih hidup.Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang
Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan.
Kita sebagai generasi muda haruslah
menjaga kesenian ini agar tidak hilang atau diakui oleh daerah lain,karena
kalau bukan kita siapa lagi yang melestarikan kesenian khas daerah Banjarmasin
yang satu ini.
Haloo mau tanya, ini pake sumber tertulisnya apa saja yaa??
BalasHapus